Organic Jewelry, sundanese handicraft, seeds accesories,

Wednesday, January 13, 2010

Unsur-unsur dan Pola Desain Batik Cirebon

By H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB).




Dalam sehelai wastra batik nampak indah dikarenakan terdapat beberapa unsur pendukung berupa gambar atau bagian pola-pola tertentu yang disusun secara harmonis menjadi sebuah desain batik yang utuh. Seringkali kita tidak memperhatikan bahwa ada bagian-bagian tertentu dengan istilah-istilah yang telah digunakan oleh nenek moyang kita dalam membuat selembar kain batik yang halus dengan penuh simbolis dan makna yang terkandung didalamnya.

Sebut saja dalam selembar wastra kain batik tulis maupun batik cap, maka akan terdapat unsur-unsur desain pembentuk motif tersebut terdiri dari kepala kain atau tumpal (yang terdapat pada pola kain panjang, sarung dan selendang), hiasan pokok atau ragam hias pokok (decoration), hiasan pelengkap atau ragam hias pembantu (supplementary decoration), hiasan pengisi atau disebut dengan isen-isen (filler decoration), hiasan pinggir, dan tata warna.

A. Kepala Kain (Tumpal)
Pada umumnya bagian kepala atau tumpal akan diberikan sentuhan pengolahan estetika yang lebih oleh perancang batik (batik designer). Hal ini dikarenakan bagian ini sering ditampilkan di bagian depan ketika kain ini digunakan oleh si pemakainya. Pada kain batik yang berbentuk selendang, kepala kain ditempatkan pada kedua ujung kain. Pada kain sarung maka kepala kain ini akan diletakkan pada bagian tengah atau bagian ujung yang sedikit menjorok ke bagian tengah kain.

Bentuk tumpal ini pada umumnya tidak terdapat pada seluruh jenis kain batik, seperti misalnya pada kain batik untuk kemeja atau batik untuk tutup kepala (scarf).

Bentuk-bentuk tumpal yang umum digunakan oleh perajin batik Cirebon diantaranya dikenal dengan istilah tumpal sorot (pucuk rebung), tumpal cepet (tumpal kombinasi), tumpal buk, tumpal bendera, tumpal kopi susu dan seritan.

B. Bogem (Papan)
Penggunaan bentuk papan dalam batik Cirebonan biasanya digunakan melengkapi bagian tumpal pada kain. Bentuk papan adalah persegi panjang dengan lebar berkisar 9 cm dan memanjang sesuai dengan yang diperlukan. Fungsinya adalah untuk sandaran atau pembatas antara badan kain dengan kepala kain. Bentuk papan ini biasanya dikuti atau dikelilingi dengan garis pengapit yang berukuran lebar sekitar 1,5 cm hingga 2 cm dan merupakan bingkai dari bogem tersebut. Hiasan motif yang mengisi papan ini biasanya gabungan antara hiasan bentuk bunga daun dan bentuk binatang. Hisan yang ada dalam pengapit biasanya diisi dengan bentuk-bentuk geometris seperti pilin, garis menyudut seperti segitiga sama kaki yang dibolak balik adapula berbentuk garis lengkung dan titik yang disesuaikan dengan panjang pengapitnya.

C. Hiasan Pokok (Decoration)
Hiasan pokok atau ragam hias yang terdapat pada batik Cirebonan biasanya akan dijadikan sebagai nama motif (desain) atau judul batik tersebut. Bentuk-bentuk hiasan pokok ini akan lebih dominan menghiasi seluruh bagian bidang kain (badan kain), disamping ada beberapa hiasan pelengkap yang menyertainya. Bentuk-bentuk hiasan pokok ini tergantung pada tema desain batik yang akan dikerjakannya. Secara garis besar ragam hias pokok ini diambil dari bentuk-bentuk tumbuhan (flora), bentuk binatang (fauna), lambang-lambang, bentuk artefak bangunan dan bentuk-bentuk benda yang ada di alam jagad raya.

D. Hiasan Pelengkap (Supplementary Decoration)
Hiasan pelengkap yang terdapat pada batik Cirebonan adalah hiasan yang melengkapi atau mengikat hiasan pokok, atau sebagai perangkai hiasan pokok. Bentuk-bentuk hiasan pelengkap biasanya akan disesuaikan dengan hiasan pokoknya agar nampak harmonis. Pada umumnya hiasan pelengkap atau ragam hias pelengkap yang digunakan berbentuk beraneka macam bentuk tumbuhan (daun dan bunga), bentuk binatang (kupu-kupu dan burung-burung kecil), bentuk Wadasan (batu cadas) atau bentuk Megamendung (awan).

E. Hiasan Pengisi (Filler Decoration)
Bentuk-bentuk hiasan pengisi ini dikenal dengan istilah populer yaitu bentuk isen-isen. Isen-isen ini fungsinya adalah untuk mengisi bidang-bidang kosong pada hiasan pokok mapun hiasan pelengkap. Isen-isen ini banyak sekali bentuknya, diantaranya berbentuk tutul (isen tutul) yaitu isen tutul rembet, tutul engkok, tutul tawur,  tutul telu, tutul papat, tutul engkok, dan byok. Disamping tutul ada pula yang dikenal dengan sawud bisanya berbentuk garis-garis kecil yang lurus dan lengkung atau gabungan dari keduanya. Istilah untuk bentuk-bentuk sawud (striations) diantaranya sawud gunungan, sawud duwur, sawud eri (duri), sawud blarak, sawud plentus, sawud cebong, sawud kembang suru, sawud kembang pari, sawud kembang pring, sawud ukel kempes, sawung godong blimbling, sawud kembang jagung, cengkean, sawud manggaran (like the coconut frond),kembang lombok (chilli pepper flower or blossom), cecek sawut (dots and striations).

Istilah bentuk-bentuk isen-isen pada batik Madura kita kenal dengan istilah ukel (curl), ukel cantel (hooked curls), Upan-upa (like rice grains), carcena lobang (carcena with aperturis), Ba-rebba (weeds), Bangpadi (paddys blossom), Bangpakes (fern blossom), La-ola (caterpillars),  Mo-ramo (roots).

Bentuk hiasan pengisi yang melengkapi pada pada bagian latar kain disebut dengan istilah rentesan atau tanahan (istilah ragam hias pengisi pada batik Pekalongan). Bentuk ragam hias pengisi ini ada pula yang kita kenal dengan istilah Tabur atau Ceplis. Bentuk tabur dan ceplis ini sering digunakan untuk pengisi pada bagian tumpal kain.




















A. Angsang

Isen-isen saja biasanya tidak cukup untuk mengisi pada bagian-bagian bidang kain yang cukup luas, maka dibuatlah bentuk-bentuk baru dengan istilah Angsang. Angsang merupakan aksen pelengkap dari bentuk isen-isen yang selalu muncul bersama-sama dengan bentuk isen tutul, isen tawur dan tutul telu. Angsang biasanya disertakan kalau setiap kali memberi isen pada bidang yang agak lebar. Bentuk angsang lebih besar dari pada isen-isen yang menyertainya.

B. Gresik (Gringsing)

Hiasan pengisi pelengkap dari bagian badan kain batik dikenal pula dengan istilah Gresik atau gringsing (sisik). Penggambaran bentuk sisik ini diambil dari bentuk-bentuk sisik ikan, sisik naga, sisik buaya atau bentuk sisik binatang lainnya. Pada umumnya berbentuk lengkung setengah bulatan. Bentuk garis lengkungnya ada yang menggunakan satu garis dan ada yang menggunakan dua garis rangkap. Pada bagian dalam lengkung biasanya diisi dengan garis atau titik. Misalnya bentuk Gresik Gunung, Mata Deruk, Gresik Danas, Gresik Kkembang Tibo, Gresik Iwak (scales).

C. Hiasan Latar

Hisan latar sering digunakan pada motif-motif batik bentuk pangkaan (buketan), hal ini dikarenakan masih banyaknya ruang kosong yang ada pada badan kain sehingga perlu diisi dengan bentuk-bentuk pengisi latar. Ragam hias pengisi latar ini bisa kita temukan pula pada batik-batik yang dihasilkan oleh daerah lainnya.

Bentuk pengisi latar ini diantaranya yang cukup sering kita kenal yaitu bentuk Kerikilan (batu kerikil), Kembang Kates (bunga pohon pepaya), Kembang Rangdu (bunga pohon Randu), Godong Kanginan (daun yang tertiup angin), Kembang Suru (bunga tanaman sirih), Semanggen (jenis tanaman rumput), Mlinjoan (buah melinjo), Sabrang-sabrangan (berbentuk tanaman cabe), Meyeran (berbentuk setengah lingkaran yang diberi tembokan), Puger Lempeng (garis-garis lurus yang disusun berdampingan), Puger Engkok (garis lengkung yang disusun berdampingan), Beras Wutah atau Beras Tawur (berbentuk biji beras yang ditumpahkan)  dan lain-lainnya.

Technorati Tags: , , ,

Unsur-unsur dan Pola Desain Batik Cirebon Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Anonymous

0 comments: